Cerita ini berawal
ketika kami sekeluarga berlibur di luar negeri.Kami dilayani oleh seorang anak gadis ketika kami makan di
sebuah restoran yang cukup ternama di negara itu.Ketika ikan yang kami pesan disajikan, piring yang dipegang
pelayanan malah miring dan menumpahkan saus ikannya ke atas tas kulit saya.
Saya marah! Tapi, sebelum saya meluapkan emosi saya, putriku
langsung berdiri dan menghampiri pelayan itu. Dengan senyuman dari
wajahnya dia menepuk pundaknya dan berkata, "Tidak apa-apa kok..."
Pelayan itu ketakutan dan merasa bersalah
berkata, "Maaf, saya akan ambilkan lap..."
Putriku menjawabnya, "Sudah tidak
apa, nanti akan saya bersihkan ketika saya pulang. Kamu kembali bekerja saja,
beneran tidak apa-apa kok..."
Anak perempuanku berkata dengan
sangat lembut, seperti dia yang melakukan kesalahan. Saya menatap tajam anak
saya dan rasanya emosi saya sudah pada puncaknya.
Malam harinya ketika kami kembali ke hotel, kami ibu dan
anak berbaring di atas ranjang melepas rasa lelah. Di waktu yang seharusnya
menjadi waktu istirahat, putriku malah mengungkit masalah di restoran tadi.
Dia bercerita bagaimana pengalaman dia di London 3 tahun
lalu.
3 tahun lalu demi mengajarinya untuk hidup mandiri, saya dan
suami saya tidak mengizinkan dia pulang untuk liburan musim panas, malahan kami
berharap dia bisa pergi berlibur di sana atau cari kerja di sana. Putriku yang manja dan tidak biasa melakukan pekerjaan rumah
ini, malah memilih menjadi seorang pelayan di sebuah restoran di Inggris.
Namun hari pertama mulai bekerja saja dia sudah membuat
kesalahan fatal...
Dia ditugaskan untuk pergi ke dapur membersihkan gelas –
gelas anggur yang tipis. Kita semua tahu, kalau gelas tipis dan bening ini jika
dibersihkan dengan tenaga yang kuat akan mudah pecah.
Putriku pun akhirnya membersihkan semua gelas yang
kelihatannya tidak akan habis dibersihkan. Tapi siapa sangka, ketika dia
memutarkan badannya, dia tidak sengaja mendorong setumpukan gelas tersebut dan
dalam sekejap gelas-gelas itu pun berubah menjadi sekumpulan keping-keping
kaca.
"Ma, waktu itu, rasanya aku tuh
seperti langsung masuk neraka tahu gak?"
Suara putriku bergetar ketika
menceritakannya kembali pengalamannya. Tapi, apa reaksi dari bosnya? Bosnya
menghentikan semua pekerjaannya dan menghampiri dia, memeluk dia sambil
berkata, "Oh sayang, kamu tidak apa – apa kan?"
"Kemudian, dia berbalik dan menyuruh
rekan kerja yang lain, "Tolong bersihkan keping – keping gelas ini
ya!"
Dia sama sekali tidak mengeluarkan
kata-kata yang membuat aku tertuduh," kata putriku sambil mengingat
masa lalunya.
"Sudah jatuh tertimpa tangga" menjadi peribahasa yang
cocok untuk putriku. Dia melakukan satu kesalahan fatal lagi yaitu tidak
sengaja menumpahkan anggur ke atas gaun tamu yang datang!
Dalam hatinya dia berkata, "matilah aku! Pasti bos akan
pecat aku!" Tapi siapa sangka, tamu itu menghiburnya!
Dia berkata, "Tidak apa-apa... Alkohol gampang kok
dibersihkan."
Dia pun berdiri, menepuk pundak putriku dan pergi ke kamar
mandi membersihkan gaunnya.
Suara putriku terdengar penuh dengan rasa bersyukur dan
berkata, "Ma, kalau orang lain saja bisa memaafkan putrimu yang manja ini,
masa mama tidak bisa memaafkan orang lain? Anggap saja mama memaafkan putri
sendiri."
Memaafkan orang lain menandakan kita bisa memaafkan diri
kita sendiri.
Lihat juga:
0 comments:
Post a Comment