GENGHIS KHAN |
Genghis Khan, salah seorang kaisar fenomenal yang mampu
mempersatukan seluruh bangsa Mongolia dan memiliki wilayah kekuasaan
yang sangat luas, meliputi hampir separuh daratan Asia hingga Eropa
Timur.
Genghis Khan terkenal sebagai kaisar bengis yang pemarah.
Namun seiring dengan waktu, lambat laun beliau dapat mengubah sifatnya
menjadi lebih bijaksana. Beberapa kejadian yang membuatnya marah besar,
ternyata berhasil mengasah kemampuannya dalam mengontrol emosi.
Salah satu peristiwa yang paling berkesan, ketika Sang
Kaisar harus membunuh burung elang kesayangannya karena tidak mampu
mengendalikan amarahnya. Suatu ketika, Genghis Khan membawa serta burung elang
kesayangannya pergi berburu ke hutan. Beliau didampingi oleh banyak
sahabat dan para pengawal. Masing-masing membawa busur dan anak panah.
Pada masa itu, burung elang unggulan milik Sang Kaisar
memang mendapat pelatihan khusus untuk berburu. Mereka bergerak sesuai
instruksi sang pemilik. Burung elang ini akan terbang tinggi dan
berupaya mencari mangsa, seperti rusa, kancil maupun kelinci. Dengan
kecepatan tinggi, burung elang itu akan menukik ke arah mangsa sebagai
petunjuk arah kepada para pemburu.
Namun apes, dalam perburuan kali ini, rombongan kerajaan
masih belum dapat bersenang-senang menyalurkan hobinya. Hingga menjelang
gelap, tidak satupun hewan buruan dapat diperoleh. Akhirnya mereka
berniat pulang kembali ke istana. Genghis Khan, berniat mengambil jalur panjang, melewati
sebuah lembah yang diapit oleh dua buah gunung, karena masih ingin
menuntaskan hasrat berburunya. Sedangkan sisa rombongan pulang melalui
jalan pintas.
Sementara itu, persediaan air minum Sang Kaisar sudah
habis. Burung elang yang pintar itu melihat Tuannya menggoyang-goyangkan
botol tempat minum, namun tiada air lagi yang bersisa. Burung elang itu
segera terbang meninggalkan Genghis Khan, untuk mencari sumber air yang
dapat diminum.
Sementara itu, Genghis Khan memacu kudanya dengan cepat.
Beliau merasa yakin, di depan yang berjarak satu kilometer dari
tempatnya berdiri ada sebuah sumber mata air yang jernih. Namun amat disayangkan, sumber mata air itu sudah mengering karena musim panas yang berkepanjangan melanda negerinya. Genghis Khan terus berupaya mencari. Dari kejauhan, beliau
melihat ada sedikit air yang mengalir dari celah-celah bebatuan. Air
tersebut mengalir perlahan, bersumber dari tebing di atasnya. Hanya
itulah satu-satunya sumber air yang dapat diminumnya saat ini.
Sang kaisar melompat turun dari kuda. Beliau mengeluarkan
sebuah botol minum yang terbuat dari kulit binatang. Lalu membuka
penutup dan mulai menampung air. Karena aliran airnya begitu kecil,
dibutuhkan waktu yang lumayan lama untuk mengisi penuh botol tempat
minumnya. Setelah penuh, Genghis Khan langsung mengarahkan botol
tersebut ke mulutnya.
Belum sempat air menyentuh bibirnya yang kering, tiba-tiba
terdengar suara riuh dan kepakan sayang burung elang kesayangannya.
Akibat kepakan sayap yang begitu kuat, botol minum terjatuh dari
genggamannya dan menumpahkan seluruh isinya. Genghis Khan : "Ada apa gerangan wahai elangku? Mengapa engkau membuatku terkejut sehingga seluruh air tumpah ke tanah..." Burung elang itu terbang memutar di atas sumber air
beberapa kali, lalu hinggap di antara bebatuan. Burung yang bersayap
coklat keemasan tersebut mengepakkan sayapnya kuat-kuat, sambil
berteriak kuat-kuat: "Kreaaakkkk... Kreaaaakkk..."
Sang kaisar melihat sejenak ke arah elang, lalu mengambil
kembali botol minum dan mulai mengisinya kembali. Setelah penuh, dengan
penuh antusias, Genghis Khan membuka mulutnya lebar-lebar, dan mulai
mengarahkan botol minumnya ke mulutnya kembali.
Sekali lagi, belum sempat air minum menyentuh bibirnya,
burung elang itu menungkik secepat busur dan mengayunkan paruhnya untuk
menjatuhkan botol air minum dari tangan Genghis Khan. Wajah Sang Kaisar mulai memerah, menandakan emosinya mulai
memuncak. Dicobanya sekali lagi untuk mengisi botol minumnya, namun
lagi-lagi burung elang itu menggagalkannya. Kemarahan Sang Kaisar sudah tidak dapat dibendung lagi.
Sebilah pedang terhunus mengarah ke arah burung elang yang sedang
bertengger di tebing dekat sumber air mengalir.Genghis Khan : "Sekali lagi kamu berulah dan menggangguku, akan kutebas kepala kamu hingga copot dari badanmu..."
Untuk terakhir kali, Genghis Khan mencoba mengisi botol
minumnya. Melihat hal ini, burung elang tersebut terbang secepatnya ke
arah Genghis Khan.Namun kali ini, Sang Kaisar berada dalam posisi standby
dengan pedang tegak terhunus ke atas. Walaupun burung elang terlatih itu
bergerak cepat, namun mata tajam Sang Kaisar dapat melihat gerakannya.Dengan sekuat tenaga, Genghis Khan mengayunkan pedangnya ke
arah burung elang yang sedang menukik ke arahnya. Sabetan pedang yang
jitu telah memisahkan kepala dan badan elang malang itu.
Genghis Khan berteriak lantang : "Itulah hukuman atas kekurangajaranmu..."
Ketika mengayunkan pedangnya sekuat tenaga, secara tidak
sengaja botol minumnya ikut terlempar hingga ke atas tebing. Karena
tidak ingin kehilangan botol minuman yang telah menemaninya selama ini,
Genghis Khan berusaha merayap ke atas tebing dengan sangat hati-hati.
Sesampainya di atas tebing, terpampanglah di hadapan beliau
sebuah mata air jernih. Namun di samping sumber air tersebut, tergolek
seonggok mayat ular.Nalurinya berkata lain : "Air ini beracun... Sungguh ini sangat beracun dan amat mematikan..."
Seketika itu juga, Genghis Khan berdiri terpaku. Mulutnya
sedikit menganga. Beliau lupa akan dahaganya. Yang ada dalam pikirannya,
hanyalah burung kesayangannya yang malang sudah tergolek tanpa nyawa di
atas tanah.
Genghis Khan berseru keras : "Saya khilaf... Saya
bersalah... Saya sangat menyesal telah membunuhnya. Burung elangku
berusaha menyelamatkan nyawaku... Namun ternyata saya seorang yang
bodoh..."
Genghis Khan bergerak cepat menuruni tebing untuk melihat
kondisi burung elang tadi. Beliau masih berharap ada secercah harapan
untuk menyelamatkan burung kesayangannya.Setiba di bawah, beliau melihat jasad burung sudah terbujur kaku. Kepalanya sudah terpisah dari tubuhnya.
Lantas beliau berseru : "Oh Tuhan... Bagaimana aku dapat
membalas budinya? Dia adalah sahabat karibku. Menemaniku bertarung dan
berperang ke medan laga. Dan sekarang aku malah membunuhnya". Dengan penuh kehati-hatian, Genghis Khan mengambil tubuh
burung elang dan memasukkannya ke dalam tas berburunya. Lalu, dengan
memacu kudanya secepat kilat, Genghis Khan bergerak menuju ke istana.
Dengan melakukan prosesi penghormatan layaknya sEorang pahlawan, Sang kaisar mengubur jasad burung elang di samping istana.Sambil berlutut beliau berkata kepada dirinya sendiri,
"Hari ini aku sudah mendapat pelajaran yang amat berharga. Sesungguhnya
hatiku teramat sedih. Pengorbanan seekor burung elang telah
menyelamatkan nyawaku. Ternyata, semua tindakan yang dilakukan dalam
keadaan marah itu akan berakibat fatal. Ke depan, saya harus
berhati-hati lagi. Terima kasih pahlawanku...."
---------------------------------
Sobatku yang budiman...
Dari kisah Genghis Khan di atas, kita dapat mengambil
pelajaran yang sangat berharga. Jangan pernah mengambil keputusan di
saat sedang emosi dengan amarah yang sedang membara.
Jika amarah datang menyerang, berusahalah untuk
mengendalikan diri dengan mengalihkan perhatian ke hal-hal yang lain.
Diam sejenak dan redakanlah sesegera mungkin. Alternatif lain adalah
dengan menghindar dari lokasi.
Pikirkan akibat yang timbul jika kita terlalu mengumbar kemarahan secara membabi buta. Pertimbangkan akibat yang bakal muncul.
Jika kita mampu mengendalikan amarah yang memuncak dalam
waktu singkat, maka dipastikan kita akan terbebas dari rasa penyesalan
di kemudian hari.
Jesus Christ Love & Bless YoÏ…
(Anda diberkati dengan tulisan ini? Bagikan kepada yang lain yaaa... GBU)
0 comments:
Post a Comment