Seandainya kita hidup pada zaman Kerajaan Kutai hingga Majapahit pada era tahun 1.000 - 1.400M .... Peradaban kita akan hidup dengan 'keyakinan yang berbeda' dengan yang ada sekarang (karena sudah diperkenalkan dengan ALLAH SWT yaitu ALLAH-nya Nabi Ibrahim/Abraham, Ismail, Ishak & Yakub/Israel).Apakah kita yang hidup pada zaman itu disebut kafir?
Penulis tidak punya kapasitas untuk menghakimi apakah agama yang
kita anut pada zaman tersebut benar atau tidak. Karena hanya ALLAH SWT yang
tahu....
Seperti yang terjadi ribuan tahun yang lalu sebelum zaman
Nabi Ibrahim/Abraham. Yaitu pada zaman Nabi Nuh! Kita tidak tahu kepada siapa mereka menyembah
junjungannya? Sebab saat itu belum ada siar agama. Yang ada hanya cerita yang
dikemas menjadi kepercayaan untuk anak cucu turun menurun. Dan karena tidak ada
Kitab-nya, maka ya semaunya sendiri mereka melakukan ajaran nenek-moyang tersebut.
Toh tidak ada konsekuensi hukumnya?!
Namun ALLAH ternyata tetap menyayangi kaumnya Nabi Nuh itu
bukan?! Bahkan disebut dalam Kitab Taurat sebagai 'makhluk-makhluk Ilahi' atau anak-anak ALLAH (anak-anak yang melakukan
Kebenaran ALLAH). Berarti mereka ini hidupnya benar & 'dibenarkan'
oleh ALLAH SWT.
Ingat, pada era itu belum ada agama. Nama/istilah agama itu
baru diciptakan oleh Emperium Romawi untuk membedakan dengan penyembahan-penyembahan
berhala yang penuh maksiat & mengerikan/sadis, yang ada dalam peradaban
Kekaisaran Romawi. Saat itu Pemerintahan Romawi menjuluki penganut Musa/Taurat
itu beragama Yahudi (agamanya orang Yahudi). Kemudian pengikutnya YESUS KRISTUS disebut beragama Kristen. Hingga kemudian setelah tahun 600M muncullah agama Islam yang
disiarkan Nabi Mohammad dimulai dari tanah Arab.
Ini sejarah peradaban manusia di dunia yang tidak bisa kita
pungkiri, termasuk hilangnya bangsa Israel untuk kedua kalinya dari peta Bumi,
yaitu sejak Jerusalem & Bait ALLAH dimusnahkan oleh Kaisar Vespasianus thn
70M. Inilah realita kehidupan. Hingga bangsa Israel ini kembali lagi
ke Tanah Air-nya hampir 2.000 tahun kemudian (tepatnya thn 1948).
Jadi selama bangsa-bangsa di Bumi ini belum mengenal ALLAH-nya
Nabi Ibrahim/Abraham, apakah mereka dianggap kafir semua? Janganlah kita berburuk sangka. Sebab bila ALLAH berkenan
memandang mereka seperti memandang umat-NYA yang pada era-nya Nabi Nuh, ya kita
tidak bisa melawan kehendak ALLAH dengan meng-kafir-kan mereka. Sebab ALLAH pada saat itu sangat meridhoi kaumnya Nabi Nuh & bahkan menyebut mereka sebagai
'makhluk-makhluk Ilahi' (sebelum jatuh dalam dosa percabulan yang dahsyat).
Penulis hanya mengajak kita semua untuk memiliki perasaannya
ALLAH, yaitu welas-asih/cinta-kasih kepada sesama. Setahu penulis, yang disebut orang kafir itu adalah kaum yang
bejat sekali tingkah-laku lakunya karena tidak mau mengenal Kebenaran ALLAH
sehingga hidupnya semaunya sendiri, seperti kaum Komunis yang jelas-jelas mengikrarkan
tidak ada ALLAH dalam hidup ini.
Oleh karena itu marilah kita terlebih dahulu membersihkan
hati & pikiran kita dengan cara mengundang cinta-kasih ALLAH SWT, sehingga
hati & pikiran kita ikut menjadi Suci/tulus ikhlas dalam
menuntun/mengingatkan sesama kita. Apalagi kepada anak & pasangan hidup
kita, yang masih dikuasai oleh Mesin Pembuat Dosa. Khan kasihan keluarga kita
bila masih ada yang suka berbohong, suka menyakiti hati/pedas kalau bicara,
suka dugem, suka narkoba (orang-orang demikian pasti suka percabulan/perzinahan), suka
pamer & foya-foya, suka ngerasani/menjelek-jelekkan sesama, dendam kepada orang lain, tiada puas ingin merebut
kedudukan, dan sebagainya. Sebab sekalipun kita seagama, kalau tidak punya
kasih-sayang, ya bisa timbul pertengkaran/dendam/sakit hati, dan sebagainya.
Nah, sebelum kita mengingatkan/menyelamatkan orang lain,
seharusnya kita menyayangi orang terdekat dahulu, yaitu selamatkan rumah-tangga
kita, agar bisa pulih menjadi keluarga yang tidak berkubangan dengan dosa lagi. Kita harus sadar untuk mematikan Mesin Pembuat Dosa (MPD)
yaitu dengan cara mengusir perasaan Iblis seperti jengkel, sakit hati, dendam,
putus-asa, tamak, sombong, takut, kuatir, dan sebagainya dari dalam jiwa kita. Hingga rumah-tangga benar-benar pulih tanpa MPD & dosa lagi. Sehingga akhirnya di tempat pekerjaan pun kita bisa menjadi teladan hidup yang
benar. Persis seperti kehendak ALLAH yang dituangkan dalam Kitab
Taurat sebagai berikut:
Ulangan 7:6-8 (TB)
Sebab engkaulah 'umat yang
kudus' bagi TUHAN, Allahmu;
engkaulah yang
'dipilih' oleh TUHAN, Allahmu,
dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.
Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa mana pun
juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu — bukankah kamu ini yang
paling kecil dari segala bangsa? —
tetapi karena TUHAN
'mengasihi kamu' dan 'memegang sumpah-Nya' yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek
moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan
menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir.
Sekarang, bila kita merasa dipilih ALLAH SWT untuk
diselamatkan dari peradaban yang lama, masa kita tidak berterimakasih &
mengucap-syukur kepada ALLAH SWT?
Bukankah kita dipilih itu untuk DISUCIKAN menjadi ORANG-ORANG
SALEH?!
Agar bisa menjadi teladan bagi bangsa-bangsa yang belum mengenal
ALLAH SWT.
Dikatakan bahwa ALLAH
'memegang sumpah-Nya' kepada nabi
Ibrahim/Abraham yang ingin memberkati seluruh keturunannya agar 'takut & taat' kepada-NYA. Dan kita-kitalah keturunannya secara
rohani.
Jadi....jangan lagi ada kejahatan di antara kita seperti
dusta, fitnah, perzinahan, narkoba, LGBT, keserakahan, dan sebagainya. Cukup
sudah. Kita harus bertobat. Jangan biarkan Iblis bersorak-sorai karena bisa
menawan kita dengan sifat MUNAFIK - yang sok rohani, padahal tingkah-laku seperti
orang kafir yang sok kuasa/tidak berperikemanusiaan/tidak punya welas-asih, dan
sebagainya.
Jika saat ini kita sedang menderita dengan berbagai-bagai
ujian hidup, maka segeralah mencari ALLAH dengan 'berdoa & berpuasa'. Karena biasanya itu merupakan BEL BERBUNYI
tanda dari DIA kepada kita untuk 'mulai
bertobat' mencari wajah-NYA dengan
sungguh-sungguh ikhlas. Belajar mencintai ALLAH. (Bukan karena untuk meminta-minta
pertolongan, atau bahkan mendikte Gusti ALLAH. Kalau sikap kita tetap begitu,
apa bedanya dengan kita datang ke gunung-gunung untuk minta pertolongan kepada 'Sang
Penunggu' di situ?). Percayalah, pasti ALLAH menyediakan pertolongan! Tidak
mungkin kita yang dipanggil-NYA malah dibiarkan tidak ditolong. Kalau ada suara-suara seperti
itu di benak kita, pasti berasal dari intimidasi Iblis.
Mari kita di hari yang akhir ini mulai mencari 'GOAL hidup yang baru' yang membawa keselamatan kita hingga bisa
masuk ke dalam SURGA.
Ingat ya....ALLAH tidak bisa disuap dengan tingkah-laku kita
yang tidak tulus ikhlas. Semua Ibadah kita akan gagal bila kita tidak CINTA yang
tulus kepada ALLAH SWT.
(Sebab apa yang kita lakukan ternyata hanya untuk dilihat
manusia, dan menjalankan Perintah Agama secara munafik tanpa memperhatikan
hatinya ALLAH SWT).
Semoga ALLAH memberi hikmat kepada kita. Amin.
(Penulis: Pdt. Israel Yacob Hadi Winarto)
0 comments:
Post a Comment