Agama (pengenalan akan Allah) itu adalah pusat kebudayaan
seluruh penduduk Bumi. Semua serentak menganut agama demi bisa berkomunikasi dengan
Sang Penciptanya. Sebenarnya hal ini membuktikan bahwa pada hakekatnya manusia
memiliki naluri di alam bawah sadarnya untuk tidak terlepas dari Pemiliknya.
Namun mengapa umat manusia ini justru semakin jauh dari
Pencipta-nya?
Mereka beribadah sekaligus menipu.
Mereka beribadah sekaligus berbuat dosa.
Mereka beribadah sekaligus berbuat foya-foya.
Mereka beribadah sekaligus berbuat korupsi.
Mereka beribadah sekaligus berbuat zinah/cabul.
Mereka beribadah sekaligus pamerkan harta benda.
Mereka beribadah sekaligus ingin membalas dendam.
Mereka beribadah sekaligus minta pesugihan/kekayaan.
Mereka beribadah sekaligus pamerkan pangkat &
jabatannya.
Mereka beribadah sekaligus berdoa minta kedudukan yang
melampaui batas.
COBA KALAU KITA BERDIRI DI PIHAK ALLAH, APA TIDAK
KURANG-AJAR PERBUATAN CIPTAAN-NYA YANG ADA DI PLANET BUMI INI?
Sudah jelas-jelas diajarkan jangan (memiliki perasaannya
Iblis seperti): iri, sombong, cabul, tamak, serakah, kikir, dendam, loba,
minder, takut, kuatir, jengkel, emosian, dan sebagainya -- justr* malah melakukan yang dilarang tersebut (baca juga: REVOLUSI KEPEKAAN TERHADAP PERASAAN IBLIS).
Bila sudah begini, apa Gusti Allah tidak boleh memandangnya sebagai ciptaan yang menantang Pencipta-nya?? Dan celakanya, banyak pemimpin-pemimpin agama itu sendiri yang
mengajari untuk berbuat seperti tersebut di atas?! (lewat teladan kemunafikan mereka).
Bila kita bermimpi
ingin kembali kepada kehidupan bermasyarakat sebelum era thn '70an yang kelihatan begitu damai, bahagia, saling
tolong-menolong, suka bergotong-royong, saling menyapa dengan sopan santun yang
tinggi, sabar, saling menghormati, dan sebagainya --
marilah sesepuh bangsa ikut tergerak meluruskan budaya bangsa kita yang
sudah menyimpang sekian derajat dari kehendak Allah.
Sebab yang tahu peradaban pada era itu adalah yang usianya
di atas 55 tahun.
Agar bangsa kita bisa jadi bangsa yang saleh. Umat kepunyaan Allah sendiri. Yang jauh dari kejahatan apalagi kebejatan moral. Bangsa yang sadar untuk mematikan Mesin Pembuat Dosa. Bangsa yang tidak munafik lagi. Bangsa yang saling mengasihi & saling melindungi.
Sebab ALLAH SWT telah berfirman dalam 2 Petrus 1:3-4 (BSD) :
Dengan kuasa-Nya sendiri, Allah memberi kita segala sesuatu
yang kita perlukan untuk hidup
yang saleh. Yaitu dengan
memperkenalkan Yesus/Isa, yang sudah
memanggil kita dari kehidupan duniawi
untuk membersihkan sifat-sifat kita dengan kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.
Dengan cara itulah,
Allah memberi kita berkat-berkat yang luar biasa yaitu
Dengan berkat-berkat itu kalian 'dapat menerima' sifat-Nya
sendiri, terlepas dari
keingingan-keinginan jahat yang merusak di dunia ini.
Panggilan untuk menerima berkat-berkat yang dimaksud di atas
adalah memasukkan kita ke dalam KAWAH CANDRADIMUKA, agar melalui pemrosesan
hidup kita akhirnya memiliki sifat-sifat Ilahi. Harga yang harus dibayar oleh semua insan bila ingin ganti
sifat agar jadi orang saleh.
Atau bila kita mengharapkan hidup damai & bahagia seperti
pada zaman era tahun '50-60an, bahkan bila lebih lagi, dimana tidak ada lagi insan yang: kesepian, yang
tertekan, yang LGBT (baca juga: Waspadalah... LGBT Tidak Lagi Hanya Sekedar Penyimpangan Perilaku, yang kecanduan narkoba, yang berbuat cabul/zinah, yang
berantem, yang tidak punya sopan-santun, yang pikirannya jahaaaat melulu kepada
sesamanya; maka marilah kita bergerak untuk mengadakan pertobatan nasional.
Kita berharap bapak-bapak & ibu-ibu yang sedang memiliki kuasa
di negara kita bisa menjadikan renungan ini untuk mendiskusikan dengan bapak presiden Jokowi.
Besar harapan bangsa ini untuk diadakan REVOLUSI BUDAYA --
bukan hanya mental saja. Agar terbangun budaya baru yang tidak munafik & saling mengasihi seperti yang dikehendaki ALLAH SWT. Amin.
(Penulis: Pdt. Israel Yacob Hadi Winarto)
0 comments:
Post a Comment