Seorang pemuda jatuh cinta kepada seorang gadis. Sesuai
dengan kebiasaan di kampung halamannya, ia harus datang dengan membawa seekor
kuda pada waktu melamar sang gadis. Apabila lamaran diterima, kuda itu harus
ditinggalkan. Dengan penuh keberanian, sang pemuda pergi melamar dengan membawa
sesekor kuda. Hasilnya? Kudanya diterima, tetapi lamarannya ditolak oleh gadis
itu. Sang gadis mau menerima pemberiannya, tetapi menolak kehadirannya, si
pemberi.
Orang Israel telah kembali ke tanah airnya dengan
pertolongan Tuhan. Mereka telah berhasil membangun rumah-rumah mereka kembali
dengan baik. Tuhan melalui berkat-berkat-Nya telah menyediakan segala sesuatu
yang dibutuhkan orang Israel untuk membangun kesejahteraan mereka. Namun, orang
Israel melalaikan kehendak Tuhan. Mereka menunda-nunda pembangunan Rumah Tuhan.
Rumah Tuhan adalah pusat ibadah dan kerohanian orang Israel. Membiarkan
rumah-Nya dalam bentuk reruntuhan berarti mengabaikan kehadiran Tuhan. Orang
Israel hanya mau menerima berkat Tuhan, tetapi menolak kehadiran dan
kehendak-Nya.
Keberhasilan hidup kerap kali membuat kita menepuk dada.
Rasa bangga tentu saja adalah hal yang wajar, tetapi kebanggaan yang hanya
berakhir pada diri kita sendiri adalah kesombongan. Keberhasilan hidup
semestinya membawa kita untuk menyadari kehadiran berkat dan kuasa Tuhan.
Apabila kita dengan sukacita menerima pemberian-Nya, demikian pulalah sikap
kita seharusnya kepada Sang Pemberi.
Lihat Juga:
0 comments:
Post a Comment