Suatu malam pada 1871, D.L. Moody
berkhotbah di Farwell Hall Chicago dan mengutip Matius 27:22.
Moody berkata,
"Takdir kekal kita tergantung pada jawaban kita pada pertanyaan Pilatus tadi: 'Apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus?'
Saya harap
Anda merenungkan bagian ini sampai kita bertemu Minggu depan."
Namun, tidak ada Minggu berikutnya.
Malam itu terjadi kebakaran hebat di kota Chicago. Api melahap dan meratakan
gereja dan tempat tinggal Moody.
Belakangan Moody mengenang, "Saya baru
sadar tentang khotbah malam itu. Bila terjadi sesuatu yang buruk dalam hidup
ini, apa yang kami perbuat dengan Yesus? Jawabannya sangat menentukan apa yang
akan terjadi ke depan."
Pilatus ingin membebaskan Yesus
sebab ia yakin Dia tidak bersalah. Orang-orang mendakwa-Nya hanya karena iri
hati. Namun, karena desakan orang banyak, ia menyerah. Ia membiarkan mereka
berbuat sekehendak hati mereka terhadap Kristus.
Tanpa sadar, dalam kehidupan kita
pun kita sering didesak oleh berbagai hal--utang, sakit-penyakit, kesusahan.
Sayangnya, sebagian dari kita memilih menyerah--meninggalkan Yesus, mencuci
tangan, tidak mau berhubungan lagi dengan Nama itu.
Kita memang bebas memilih, tetapi
kita tidak bebas untuk memilih konsekuensinya. Apa yang kita "perbuat
terhadap Yesus", merupakan langkah menuju Allah atau menjauhi Dia, menuju
berkat yang menakjubkan atau laknat yang menyengsarakan. Pilihlah dengan bijak.
TANGGAPAN
KITA TERHADAP YESUS KRISTUS
AKAN MEMENGARUHI NASIB KITA DALAM KEKEKALAN.
AKAN MEMENGARUHI NASIB KITA DALAM KEKEKALAN.
(Sumber:
sabda.org)
Lihat Juga:
0 comments:
Post a Comment