Sebelum kapal nelayan mendekat, saudagar tersebut berteriak, "Aku saudagar yang kaya raya, kalau kau menolongku, akan kuberi kau uang emas 100 keping."
Tak lama kemudian, nelayan itu pun menolong Sang Saudagar. Tapi, sesampainya mereka di darat, dia hanya menerima 10 keping uang emas.
Maka, dia memprotes saudagar itu, "Tadi, Anda berjanji akan memberiku 100 keping uang emas. Mengapa hanya 10 keping yang Anda berikan? Berarti Anda tidak menepati janji."
Raut muka saudagar itu berubah. Ia pun menjawab dengan nada sombong, "Hei, nelayan miskin, berapa pendapatanmu sehari? Sekarang, engkau mendapat uang emas 10 keping hanya dalam waktu singkat, sudah seharusnya berterima kasih kepadaku."
Merasa dibohongi, nelayan pun meninggalkan saudagar tanpa kata-kata.
Pada lain hari, saudagar ini pergi lagi menyeberangi Sungai Chie. Tak disangka, kapal yang mengangkutnya tiba-tiba menabrak batu besar dan tenggelam.
Kebetulan, nelayan yang dulu pernah menolongnya lewat di tempat kejadian. Tapi kali ini, si nelayan mengabaikannya.
Melihat kejadian tersebut, teman si nelayan bertanya, "Mengapa engkau diam saja, tidak menolong saudagar kaya itu?"
Dengan dingin, nelayan tersebut menjawab, "Orang yang tidak menepati janji, buat apa kita tolong? Biar dia menanggung kesusahannya sendiri."
Jangan janji kalau tak bisa tepati. Lebih baik katakan yang sebenarnya agar tidak mengecewakan orang lain.
Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. (2 Petrus 3:9)
0 comments:
Post a Comment