Orang Samaria: Perumpamaan "Siapakah Sesamaku Manusia?" |
Tidak pernah kita sangka kita memiliki NKRI yang adalah salah satu negara terbesar di dunia, baik secara luas maupun populasi.Bukan itu saja. NKRI juga mewarisi Firdaus di Bumi. Yaitu kekayaan & keindahan hewan di laut, udara & di darat.
Bandingkan dengan US, Rusia, RRT & India? Yang hampir menyerupai NKRI adalah Brazil dengan hutan Amazonnya. Belum lagi bila dilihat dari parameter tentang suku & budaya, pasti tidak ada yang bisa menyamai NKRI.
Tentu dalam mengelola "taman firdaus modern" ini tidaklah mudah. Karena harus menyamakan perspektif dulu agar tidak ada salah paham merasa dianak-tirikan. Seperti berpisahnya "anak terhilang" yang bernama Timor Timur itu dari NKRI. Juga Irian Jaya (sekarang menjadi Papua) yang merasa tidak diperhatikan oleh Pemerintahan sebelumnya itu getol sekali ingin berpisah dengan NKRI.
Beruntung presiden Jokowi ini suka blusukan. Sehingga bisa bolak balik ke Papua & diperhatikanlah Papua ini untuk berkembang seperti saudara-saudaranya yang lain. Rupanya sumber daya bangsa kita ini luar biasa bila ditilik dari pandangan "otak bisnis pariwisata" & bisnis kebutuhan hidup lainnya.
Coba saja, perhatikan.... Para konglomerat The Big Three-nya Indonesia selalu dipegang oleh para pemilik perusahaan rokok. Bila dilihat dari The Big Five, baru muncul perusahaan makanan yang lain. Mengapa demikian? Karena produk mereka dibutuhkan rakyat NKRI dari Sabang hingga Merauke. Yang jumlah populasinya tidak tanggung-tanggung hingga 260.000.000 jiwa. Dengan ribuan pulau dan beragam etnis serta budaya yang mulai dari primitif hingga super modern bisa kita jumpai. Dan hebatnya, ini semua bisa bersatu karena ada sistem pemerintahan yang unik. Yaitu disatukan lewat PANCASILA!
Begini ini bila bukan karena ALLAH SWT yang memimpin founding fathers kita untuk meletakkan dasar-dasar yang CANGGIH buat mempersatukan aneka gado-gado budaya & spirituilnya, ya tidak mungkin. Hanya Tuhan sajalah yang mampu menggerakkan hati bung Karno dkk untuk memikirkan aneka budaya yang akan dipersatukan menjadi satu negeri (sebelumnya khan diperintah oleh raja-raja seperti di Timur Tengah sekarang). Fantasis sekali negeri kita ini.
(Lihat juga: SYARAT KELULUSAN DARI UJIAN HIDUP)
Namun...... Sesungguhnya bangsa kita ini adalah bangsa yang masih MUNAFIK yang belum pantas masuk dalam Taman Firdaus yang indah itu. Sebab bangsa kita ini punya penyakit jiwa: HIDUP HEDONIS!
Tidak seperti di awal-awal kemerdekaan yang hidupnya sederhana, penuh dengan rasa saling gotong-royong & saling mengasihi, saling memberi, saling menolong & penuh empati. Sejak revolusi kebudayaan pd era tahun '70, maka bangsa kita dijangkiti budaya baru, yaitu saling pamer kekayaan & saling iri hati.
Hal inilah yang menciptakan KEJAHATAN BARU di masyarakat: KORUPSI! Budaya korupsi menjadi budaya baru di bangsa kita pada era tahun '80an. Dan hal ini semakin berkembang pada era tahun '90an hingga terjadilah Revolusi Politik yang biasa kita sebut dengan era Reformasi. Hasilnya? Budaya korupsi tersebut tidak berkurang, malah bertambah subur dengan nilai yang lbh fantasis.
Belum lagi mulai muncul BUDAYA SALING MENYERANG SECARA VERBAL.
Ini adalah budaya baru yang sangat jahat karena dipasok dari PERASAANNYA IBLIS seperti sombong, iri, serakah, tamak, cabul & dendam, sehingga membuat bangsa ini memiliki KEINGINAN HIDUP yang seragam, yakni INGIN MENJADI KAYA & BERKUASA AGAR BISA MEMAMERKAN KEBOLEHANNYA UNTUK MENGINTIMIDASI MEREKA YANG TELAH MEMBUAT DIA IRI.
Gerakan jiwa ini mulai terasa sejak zaman Reformasi ini. Apalagi semua kebebasan menyampaikan pendapat & mengumpat, serta masuknya barang-barang mewah yang berguna untuk mengeksploitasi perasaan Iblis tersebut di atas terbuka luas di Indonesia. Maka semua orang yang sakit jiwa itu berlomba-lomba untuk unjuk kebolehan. Termasuk Penulis ini pernah menjadi korban sakit jiwa seperti itu.
Tetapi syukur kepada ALLAH yang tidak menghendaki bangsa kita semakin diperbudak oleh Iblis dengan kehidupan model Sodom Gomora tersebut.
Setelah melewati usia kemerdekaan 70 tahun, baru ALLAH SWT menetapkan utusan-Nya untuk membangun ulang JIWA/HATI BANGSA kita. Yaitu melalui REVOLUSI MENTAL yang dicanangkan Pemerintah.
(Lihat Juga: PANGGILAN ILAHI UNTUK HIDUP SALEH)
Ini adalah hari-hari yang kelam bagi Iblis. ALLAH sedang memilih orang-orang pilihan-Nya guna dipakai-NYA untuk membasmi perasaan Iblis di masyarakat. Caranya? Ya dengan membangun SURI TELADAN PARA PEMIMPIN NEGARA.
Pada saat ini mereka yang diangkat ALLAH menjadi para pemimpin negara, jangan harap bisa hidup hedonis lagi. Hukuman ALLAH sedang dijalankan-Nya. Mereka yang munafik yang tidak mau menjadi teladan hidup sederhana & saling mengasihi serta penuh empati, pasti akan dihukum-Nya & digantikan oleh yang lain. Sebab ALLAH sedang bekerja menyelamatkan kita. Persis seperti ALLAH melawat dan menyelamatkan bangsa Jerman dari Hitler. Atau ALLAH menyelamatkan bangsa Sovyet dari cengkeraman komunis atheis.
Sebab ingat... Alam Semesta ini ada yang menciptakannya. Ada yang memberi kehidupan di dalamnya. Dan ada yang mengatur, yang kita tidak bisa melihat-Nya.
Kini tiba saatnya kita harus peka dengan tanda-tanda zaman. Itu demi keselamatan kita juga. Dan REVOLUSI JIWA itu sudah sangat dibutuhkan agar kita terhindar dari hukuman ALLAH. Karena hanya kita sajalah bangsa di dunia yang berubah menjadi monster ketamakan & keserakahan yang begitu menggila sampai Index Korupsi kita adalah yang tertinggi di seluruh dunia untuk negara besar macam kita. Sebaliknya kita disuruh ALLAH untuk berubah menjadi bangsa yang saling mengasihi & penuh welas-asih. Agar kita layak untuk hidup di Taman Firdaus Modern ini.
Dan 'salah satu penyebab kita tidak bisa mengasihi itu karena kita kurang mau mengakui kesalahan-kesalahan / dosa-dosa kita di hadapan ALLAH SWT'. Kita merasa tidak bersalah bila memiliki perasaan sombong, iri, tamak, serakah & cabul itu.
Lukas 7:47 (VMD)
Itulah sebabnya, Kukatakan kepadamu bahwa dosa-dosanya yang banyak itu sudah diampuni, karena ia menunjukkan banyak kasih. Orang yang membutuhkan sedikit pengampunan, juga sedikit mengasihi.”
Kita renungkan nasib kita masing-masing & jadilah jenius rohani. Amin
(Penulis: Pdt. Israel Yacob Hadi Winarto)
0 comments:
Post a Comment