(Seri:
Mesin Pembuat Dosa)
Dunia
modern ini benar-benar seperti dunia yang kalap. Kalap ingin segera dapat
kedudukan & kekayaan. Sebab takut disisihkan oleh mereka yang sudah mapan.
Jadi seisi dunia serba munafik.
Mereka mengaku menyembah Allah hanya untuk sebagai budaya saja. Agar kelihatan memeluk sesuatu agama. Padahal hatinya sarat dengan perasaan Iblis. SITAS (sombong, iri, tamak, serakah), CABUL, CEKUTA (cemas, kuatir, takut).
Mengapa penduduk Bumi ini begitu berani melawan Allah dengan berkamuflase semacam itu? Karena sesungguhnya, benak mereka telah diisi bahwa 'NERAKA ITU TIDAK ADA' atau itu hanya khayalan orang-orang belaka (pikirnya: kita itu seperti hewan habis hidup otomatis mati karena organ-organ sudah expired masa berlakunya).
Demikian pula tentang surga. Pandangan mereka adalah 'SURGA ITU TEMPAT BERKHAYAL YANG INDAH-INDAH'. Kitab Suci dan isinya dipandang sebagai BUKU MATA PELAJARAN sekolah kehidupan yang telah umum diberlakukan di semua penjuru dunia.
Jadi ibarat murid, kita semua berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan nilai terbaik tanpa harus mempraktekkan formula-formula/hukum-hukum tersebut. Meskipun menjadi juara 1-3, belum tentu bisa mempraktekkan hukum Archimedes/Newton dalam kehidupannya. Yang mereka kejar cuma sebatas NILAI BUDAYA SEKOLAH!
Demikian
pula saat kita hidup sekarang ini. Fatamorgana yang kita kejar mati-matian dengan sikut sana sikut sini. Hasilnya, saat lonceng kematian berbunyi, kita sudah tidak bisa menghibur diri lagi. Ada dunia yang berbeda yang harus kita masuki. Dan kita tidak bisa lari dari kenyataan tersebut. Sebesar apapun kekayaan & kekuasaan kita, hal tersebut sangat tidak bisa
menolong nasib kita.
Sahabat....
Mungkin tulisan ini menjengkelkanmu. Ndeso dan kanak-kanak. Namun kami yang pernah mengalami kehidupan yang sia-sia itu ingin berbagi. Siapa tahu masih ada waktu untuk bertobat dari kamuflase hidup. Dalam suatu perjalanan pelayanannya, Yesus/Isa Almasih pernah dicurhati sebagai berikut:
Mungkin tulisan ini menjengkelkanmu. Ndeso dan kanak-kanak. Namun kami yang pernah mengalami kehidupan yang sia-sia itu ingin berbagi. Siapa tahu masih ada waktu untuk bertobat dari kamuflase hidup. Dalam suatu perjalanan pelayanannya, Yesus/Isa Almasih pernah dicurhati sebagai berikut:
Lukas
13:1-5 (TSI)
1 Pada waktu Yesus/Isa mengajar hal-hal itu, ada orang-orang
yang hadir yang memberitahukan kepada Yesus/Isa tentang beberapa orang dari propinsi Galilea yang
dibunuh oleh Pilatus. Mereka dibunuh ketika sedang mempersembahkan hewan kurban kepada Allah, lalu
darah mereka sendiri tercampur dengan darah hewan-hewan kurban yang mereka
persembahkan.
2 Mendengar berita itu, Yesus/Isa berkata kepada mereka, “Lalu karena mereka dibunuh dengan cara seperti itu, apakah kalian pikir dosa mereka lebih banyak daripada dosa semua orang Galilea yang lain?
3 Bukan! Aku sungguh-sungguh berkata kepada setiap kalian: Kalau kamu tidak bertobat, kamu bukan saja kena bencana seperti mereka tetapi masuk neraka!
4 Atau contoh lain, ketika menara penjagaan Siloam roboh dan delapan belas orang mati tertindih, kalian mungkin berpikir dosa mereka lebih banyak daripada dosa semua orang lain di Yerusalem.
5 Sama sekali tidak! Sungguh-sungguh Ku-katakan lagi kepada setiap kalian: Kalau kamu tidak bertobat, kamu bukan saja kena bencana seperti mereka tetapi masuk neraka!”
2 Mendengar berita itu, Yesus/Isa berkata kepada mereka, “Lalu karena mereka dibunuh dengan cara seperti itu, apakah kalian pikir dosa mereka lebih banyak daripada dosa semua orang Galilea yang lain?
3 Bukan! Aku sungguh-sungguh berkata kepada setiap kalian: Kalau kamu tidak bertobat, kamu bukan saja kena bencana seperti mereka tetapi masuk neraka!
4 Atau contoh lain, ketika menara penjagaan Siloam roboh dan delapan belas orang mati tertindih, kalian mungkin berpikir dosa mereka lebih banyak daripada dosa semua orang lain di Yerusalem.
5 Sama sekali tidak! Sungguh-sungguh Ku-katakan lagi kepada setiap kalian: Kalau kamu tidak bertobat, kamu bukan saja kena bencana seperti mereka tetapi masuk neraka!”
Musibah
di atas seyogyanya menghasilkan rasa iba. Namun ternyata tidak selalu demikian.
Musibah bisa saja menghasilkan prasangka buruk. Bagi sebagian orang, musibah
yang menimpa seseorang erat hubungannya dengan dosa-dosanya. Makin besar dosa
seseorang semakin hebat pula musibah yang akan menimpa dia. Jadi, musibah itu
seolah semacam hukuman yang diberikan oleh ALLAH, tergantung seberapa besar
dosa-dosa yang telah diperbuat seseorang. Prasangka buruk seperti inilah yang
hendak diluruskan oleh Yesus/Isa.
Yesus/Isa
menegaskan bahwa prasangka seperti itu bukan saja sempit, tetapi mutlak salah.
Jenis atau bentuk musibah bukanlah
cerminan besar atau kecilnya dosa
seseorang. Sebaliknya, Yesus/Isa mengajak mereka yang tidak kena musibah untuk
instrospeksi. Sebab di hadapan Tuhan yang kudus, orang-orang yang tak kena
musibah pun sebenarnya orang berdosa juga dan berpotensi mengalami penghukuman
yang sama (Lukas 13:3, 5).
Musibah yang menimpa seseorang bisa dijadikan peringatan bagi mereka yang terluput, agar tidak mengeraskan hati dan tetap tinggal dalam keberdosaan tersebut.
Gunakanlah kesempatan yang masih ada untuk segera bertobat dari kemunafikan, karena belum tentu kesempatan itu terulang. Tahu-tahu kita yang binasa tanpa sempat bertobat.
Yesus/Isa
juga menegaskan, bahwa orang yang
mengeraskan hati untuk tidak bertobat akan mengalami kematian yang mengerikan.
Tentu, yang dimaksud Yesus/Isa, bukan
cara kematiannya yang mengerikan. Tetapi kengerian setelah kematian seseorang yang tidak bertobat
ialah penderitaan kekal yang harus dihadapi orang tersebut, yaitu masuk ke
neraka.
Intinya, Yesus/Isa mengingatkan kita bahwa hukuman Allah adil.
Intinya, Yesus/Isa mengingatkan kita bahwa hukuman Allah adil.
Penolakan akan 'ANUGERAH KESELAMATAN' dari Tuhan akan membuat seseorang hidup di luar anugerah. Hidup di luar anugerah, berarti tertutupnya jalan kehidupan kekal hingga sampai di Surga.
Makanya
jangan ikut-ikutan bermimpi seperti yang diajarkan oleh para Motivator! Mereka mengajarkan kita untuk hidup hedonis & menyembah Mamon (Kekayaan). Mereka menakut-nakuti kita bila tidak segera kaya maka hidup kita akan
sengsara.
Sebaliknya....
Cepat BER-REVOLUSI dengan menetapkan GOAL hidup yang benar, yang tidak penuh kamuflase. Yaitu milikilah GOAL: PASANGLAH PERASAAN ALLAH dalam jiwa/hati kita. Maka pasti teranglah cara berpikir kita. Dan ALLAH sendiri yang akan menuntun pikiran kita.
Cepat BER-REVOLUSI dengan menetapkan GOAL hidup yang benar, yang tidak penuh kamuflase. Yaitu milikilah GOAL: PASANGLAH PERASAAN ALLAH dalam jiwa/hati kita. Maka pasti teranglah cara berpikir kita. Dan ALLAH sendiri yang akan menuntun pikiran kita.
[Perasaan ALLAH ialah: welas asih, riang gembira, tenang, sabar, setia, suka menolong, suka memberi, lemah lembut/tidak mudah emosi, rendah hati, dsb. (Galatia 5:22-23)].
Goal
hidup untuk mengenakan perasaan ALLAH seperti tersebut di atas itu benar-benar
tidak mudah. Sebab Iblis akan berusaha untuk menjegal & menggagalkannya. Hanya mereka yang berharap pertolongan Tuhan saja yang sanggup mengenakan
perasaan ALLAH tersebut tanpa kemunafikan.
Sebab sabar & rendah hati yang dibuat-buat alias palsu itu juga mudah dilakukan. Karena motivasinya untuk mencari pencitraan diri guna mengejar sesuatu hal keduniawian, persis yang Penulis pernah lakukan zaman dulu.
Sebab sabar & rendah hati yang dibuat-buat alias palsu itu juga mudah dilakukan. Karena motivasinya untuk mencari pencitraan diri guna mengejar sesuatu hal keduniawian, persis yang Penulis pernah lakukan zaman dulu.
Hari
telah sore. Sebentar lagi senja dan berganti malam. Tentukan nasib kita. Mau kongkow-kongkow di Surga atau mau meratap di Neraka?
Semoga ALLAH SWT memberi kita kekuatan untuk menerima anugerah keselamatan kekal. Meskipun untuk itu kita harus diajar & dididik dengan Etika Kerajaan ALLAH agar bisa hidup SUCI.
(Penulis:
Pdt. Israel Yacob Hadi Winarto)
◈✽◈ ◈✽◈ ◈✽◈ ◈✽◈ ◈✽◈ ◈✽◈ ◈✽◈ ◈✽◈
0 comments:
Post a Comment