Ilustrasi: Keluarga Bahagia |
(Refleksi bagi yang belum maupun
sudah menikah)
By: Pstr. Yos'Ivo Ofcamp Yosin
Para sahabat terkasih, saya pernah memberi 10 percik bijak
dalam hidup perkawinan, kali ini saya memberi 10 “pelajaran” untuk membentuk
keluarga bahagia. Kedua permenungan ini
kurang lebih sama muatan dan juga sama tujuannya yakni keluarga yang kokoh
karena adanya komitmen yang dilandasi kasih Allah. Ini berlaku bagi yang belum
dan sudah menikah.
1. Belajarlah untuk Mengerti
Banyak orang mengatakan, “Saya sudah mengerti dirimu karena
kita sudah bersahabat sekian tahun.” Pandangan ini tidak sepenuhnya benar
karena untuk mengerti itu tidak pernah diukur oleh waktu. Muatan terdalam dari
pengertian ialah penerimaan segala kekurangan dan kelebihan pasangan. Kalau
kita belum mampu menerima dia apa adanya berarti kita mengerti siapa dirinya.
Mengerti berarti juga membiarkan pasangan kita menjadi dirinya sendiri dan
jangan pernah memaksa seperti dirimu.
2. Belajarlah untuk Bertanya
Tahukah anda inti terdalam dari muatan “bertanya?” Itu bukan
terutama karena kita tidak mengerti suatu hal namun terutama kita mau bersapa
dengan dia. Berbicara dengan pasangan. Banyak pasangan miskin dalam hal ini.
Mereka berbicara hanya karena ada masalah. Kalau tidak ada masalah kita berdua
berdiam rasa dan pikiran. Kalau anda rajin bertanya, dia yang kamu tanya pasti
merasa “berharga” karena dengan bertanya berarti kita menempatkan dia sebagai
orang yang mampu memberi jawaban. Ini juga mengajak kita untuk terbuka satu
sama lain.
3. Belajarlah memaknai hakekat cinta dan kasih
perkawinan
Saya pernah mengatakan
jangan pernah katakan cukup untuk cinta karena kamu dipanggil bukan
untuk menambah yang satu menjadi dua tetapi sebaliknya membuat yang dua menjadi
satu. Untuk menjadi satu dengan yang kamu cintai atau sempurna dalam bahtera
keluarga perjuanganmu tidak akan pernah berakhir bahkan selama hayat di kandung
badan. “Karena itu mereka bukan lagi dua tetapi satu. Apa yang telah
dipersatukan oleh Allah janganlah diceraikan oleh manusia” (Matius 19:6).
Jangan juga pernah katakan kasih terlalu banyak karena kita
dipanggil bukan untuk menambal sulam tetapi merajut dan mengikat. Saat merajut
dan mengikat kadang kita sedih-senang, suka-duka, senyum-tertawa, dan
jatuh-bangun. Untuk mewujudkan kasih itu memang kesabaran kita diuji, kemurahan
hati kita ditantang, dan kelemahlembutan
kita dimurnikan. “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, tidak cemburu, tidak
sombong, tidak kasar, tidak memaksa orang lain untuk mengikuti kemauannya
sendiri dst” (1 Korintus 13:4-5)
4. Belajarlah untuk Mengalah
Kita sering mendengar kekerasan tidak akan mampu mengalahkan
kelemahlembutan. Tebukti batu yang keras akan hancur dengan tetesan air dan api
yang membara juga akhirnya tunduk dengan kuasa air. Sering terjadi masalah
makin berat karena kedua belah pihak tidak mau untuk mengalah. Dua-dua keras
kepala. Ingatah kalau satu mengalah dan diam pertengkaran dan permasalahan
akirnya akan reda. Hindarilah berbalas pantun membabi buta. Memang butuh
kesabaran dalam hal ini
5. Belajarlah untuk Rendah Hati
Jangan pernah merasa diri tahu segalanya sehingga tidak
membutuhkan nasehat, bantuan, ide dari pasanganmu sehingga kamu tidak
menghargai dia yang telah menjadi patnermu.
6. Belajarlah untuk menghargai
Hargailah hasil usaha dan pekerjaan pasangan kita walau itu
sederhana. Ketika kita memberi pujian atas masakan, misalnya kita memberi
pujian untuk dirinya dan lain waktu dia akan semangat membuat yang terbaik.
Sertakan pasangan dalam setiap proyek
hidup keluarga kita.
(Baca juga: Inspirasi: "Siapa sebenarnya yang miskin?")
7. Belajarlah untuk Menyapa
Satu senjata ampuh untuk menciptakan kehangatan dalam
keluarga ialah taburilah rumahmu dengan sapaan. Sapaan ini kesannya sepele
namun sangat bermakna. Rasa capek, bosan, ketegangan akan terusir dengan sikap
ini. Janganlah pelit dengan sapaan.
8. Belajarlah untuk
Selalu Senyum
Senyum membuka dan menutup hari adalah symbol betapa damai
dan sejuknya hati kita. Kalau kita senyum kepada orang lain berarti kita ingin
berbagi suasana hati yang damai itu kepada dia. Dan ingatlah
senyum tulus dan ikhas itu juga akan mampu memberikan suasana sejuk dan damai
untuknya.
9. Belajarlah untuk Meminta Maaf dan Memaafkan
Maaf dan memaafkan adalah sikap luhur yang memberi ruang
untuk perdamaian. Tidak ada keluarga sempurna dan tidak ada juga manusia yang
luput dari kesalahan dan kekurangan. Ikutilah suara hati yang mengajak kita
untuk meminta maaf. Kalau kita meminta maaf berarti kita menyadari kesalahan
dan dengan itu kita mau belajar. Belajarlah juga untuk memaafkan sebab dengan
itu kita mengedepankan perdamaian dan menerima maafnya. Dengan cara ini, kita
berdua sepakat meninggalkan rasa sakit hati dan menyongsong hari esok dengan
penuh kasih.
10. Belajarlah
Berpikir Positif
Jangan terlalu suka dan gampang menuduh tanpa alasan atau
hanya karena mendengar saja. Pakailah sikap bertanya dengan lembut bila ada
yang mengganjal dalam hati kita.
Pesan permenungan
Perkawinan yang diberkati dalam Gereja
adalah momen sejarah yang baru bagi pasangan karena mereka mengikrarkan janji
suci di depan Altar Tuhan di hadapan pejabat Gereja, saksi dan umat beriman.
Namun itu tidaklah menjamin bahwa suatu perkawinan akan lepas dari masalah.
Kebahagiaan juga tidak otomatis menjadi milik mereka. Suami dan isteri masih
harus tetap belajar dan belajar, khususnya belajar 10 poin di atas. Dalam keluarga
perlu tetap ada dialog dan komunikasi yang berdasarkan pikiran positif, kelemah
lembutan dan kerendahan hati. Perjalanan suatu bahtera perkawinan akan kuat,
teguh dan langggeng kalau kedua belah pihak tetap mengedepankan “demi keluarga
baik, utuh dan bahagia dan bukan demi egoku dan egomu.
Salam Damai Kristus
(Baca juga: MENGAPA ANDA HARUS BERDOA DI PAGI HARI ?)
0 comments:
Post a Comment