Seorang pengacara pergi berburu kuntul di pinggiran Pakal Benowo.
Dia menembak dan..
Dhuwarrr..!!
Burung itu kena, tetapi sialnya jatuh ke sawah di sisi lain dari pagar.
Si pengacara memanjat pagar, diseberang seorang petani tua berjalan menghampiri lalu bertanya apa yang dia lakukan.
Si pengacara menjawab, "Saya menembak burung dan jatuh di tanah ini, dan sekarang saya akan mengambilnya."
Petani tua menjawab, "Ini tanahku mas, dan sampeyan loncat pagar masuk tanah orang koyok ga duwe wedi ga duwe aturan"
Pengacara dengan pongah dan marah berkata, "Saya ini pengacara
terbaik di Indonesia, kalo Anda tidak membiarkan saya mengambil burung
itu, saya akan menuntut Anda dan mengambil semua yang Anda punya."
Petani tua itu tersenyum dan dengan woles njawab, "Koyok'e,
peyan ndak tahu bagaimana kita menyelesaikan perselisihan di mBenowo.
Biasa ne mas perselisihan kecil seperti ini kami selesaikan dengan cara
'Telung Saduk'an.'
Pengacara congkak bertanya, "Apa maksudnya 'Telung Saduk'an.' ?"
Pak tani menjawab, "nggih, karena sengketa terjadi di tanah
saya, saya bisa nyaduk duluan. Saya nyaduk tiga kali terus peyan mbales
nendang saya tiga kali dan seterusnya bolak-balik sampai ada yang
nyerah. Dos pundi mas..?"
Si pengacara, ga pake lama memutuskan bahwa dia bisa dengan
mudah bisa mengalahkan pak tua. Si Pengacara setuju untuk mematuhi
aturan permainan.
Petani tua (wong wis sepuh yo..) perlahan-lahan berjalan ke pengacara...
Tendangan pertama telak mengenai selangkangan pengacara...
Mak hlaabb..!! dan pengacara itu njungkel.. ngglundung..!!
Tendangan keduanya kena ulu hati...
Jhleebb..!! pengacara itu mukok muntah cecek... se-ceceknya...
Tendangan pertama telak mengenai selangkangan pengacara...
Mak hlaabb..!! dan pengacara itu njungkel.. ngglundung..!!
Tendangan keduanya kena ulu hati...
Jhleebb..!! pengacara itu mukok muntah cecek... se-ceceknya...
Pengacara pongah masih bisa merangkak ketika saduk'an ketiga petani
diarahkan ke pantatnya, membuat si pengacara njlungup ngurepi tletong
sapi segar....
Dengan susah payah mengumpulkan sisa tenaga dan stamina si pengacara berusaha berdiri dengan kedua kakinya.
Sambil menyeka wajahnya yang ber-masker tletong sapi, dia berkata, "Oke pak... Sekarang giliran saya. "
Petani tua itu tersenyum dan berkata, Wis ndak usah mas, AKU NYERAH, Ambil aja burungnya
Onok sing protes...... saduk
Amsal 16:18
"Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan."
0 comments:
Post a Comment